Jumat, 19 September 2008

Miras Maut bag 10

Lagi, Dua Tewas Usai Pesta Miras

INDRAMAYU-Saat polisi masih menyelidiki kasus tewasnya 17 warga Indramayu yang diduga akibat menenggak minuman keras (miras) beracun, korban tewas terus justru bertambah. Dua warga Desa Karanganyar RT 02 RW 06 Kecamatan Kandanghaur, yakni Khadiah (60) dan T Siregar (60), meregang nyawa Kamis (18/9) usai pesta miras di malam sebelumnya.
 
Keduanya meninggal dunia pada tempat dan waktu yang berbeda. Khadiah, tewas sekitar pukul 10.00 pagi di rumahnya. Sedangkan T Siregar, menjemput maut pukul 13.30 saat sedang mendapat perawatan medis di UGD Rumkit Bhayangkara Tingkat IV Indramayu Losarang.
 
Para korban miras itu diduga mengonsumsi produk yang sama, yakni miras merek Vodka Blending (gemuk) dioplos beberapa jenis minuman suplemen. Informasi yang dihimpun Radar, pesta berujung kematian tersebut, digelar pada Rabu malam (17/9) kemarin di kediaman T Siregar.
 
Minum-minuman keras bersama itu diikuti empat orang. Dua orang lainnya yaitu Kadirah (48) dan Yus (45). Kadirah kini kondisinya mengalami kritis. Sedangkan Yus warga Desa Kalijati, Kabupaten Subang, belum diketahui nasibnya. Belakangan diketahui, Yus adalah salah satu anggota Polres Subang yang pernah menetap lama di desa tersebut. Mereka adalah saksi kunci kasus itu.
 
“Pestanya malam Kamis. Tapi, peristiwa itu memang baru diketahui hari ini (kemarin, red) setelah ada korban meninggal,” ungkap Roso (45) salah satu kerabat Khadiah. Dituturkannya, empat orang tersebut memang sering mengadakan pesta miras bareng-bareng. Meski usia mereka sudah tak lagi muda, kebiasaan itu sulit dihilangkan meskipun di saat bulan puasa. Selama pesta berlangsung, para peserta tak menunjukkan gelagat mencurigakan. Di antara mereka tak ada yang mengeluh sakit. Bahkan, usai pesta, mereka kembali kerumahnya masing-masing.

Namun esok harinya, efek racun di dalam kandungan minuman beralkohol itu mulai bekerja. Khadiah mengalami muntah dan kejang-kejang. Meski kondisinya kritis, bapak 8 orang anak ini tidak dilarikan ke RS. Tak ayal, ketika pagi menjelang siang, korban meninggal dunia di kediamannya.

Sebelum meninggal, Khadiah memang sempat mengeluh kepada salah satu anaknya perihal perutnya yang sakit. “Saat pulang ke rumah, dia memang terlihat mabuk. Dia sempat mengeluh. Tapi, terus tidur,” kata Roso menirukan ucapan salah satu anak korban.

Kondisi serupa juga dialami T Siregar. Pria ini tiba-tiba ambruk ketika baru pulang kerumahnya. Bapak 6 orang anak ini lantas dilarikan ke Rumkit Bhayangkara Losarang sekitar pukul 13.10 siang. Selang 25 menit kemudian atau sekitar pukul 13.35, nyawa korban tidak tertolong lantaran kondisinya sangat kritis. “Dia sempat ditolong, tapi kemudian, saya diberi tahu dia sudah meninggal,” ujar Suma (44) tetangga korban.

Jenazah Khadiah langsung dimakamkan pihak keluarga sore harinya di TPU Blok Blaklak Desa setempat. Sedangkan jasad T Siregar yang baru tiba sore hari, belum ditentukan kapan dan dimana tempat korban akan dikubur.

Sedangkan satu peserta pesta miras lainnya, yakni Kadirah kondisinya mengalami kritis dan masih mendapatkan pertolongan medis. “Setelah mendengar dua temannya mati, Kadirah ketakutan,” lanjut Suma.

Mendapati dua warganya meninggal dunia, jajaran Polsektif Kandanghaur beserta aparat pemerintah setempat langsung melakukan penyidikan di TKP. Hingga tadi malam, petugas masih mengumpulkan keterangan dari beberapa warga serta korban yang masih hidup. Dengan meninggalnya dua korban terakhir, berarti wabah maut miras beracun sudah merenggut 19 nyawa warga Indramayu.

Gagal Otopsi Roni 

RS Sukanto Kramatjati, Jakarta untuk melakukan otopsi terhadap jenazah Roni (35), salah satu korban tewas yang diduga akibat keracunan miras asal Desa Karangasem Blok Ludoyong RT 01 RW 02 Kecamatan Terisi, gagal dilaksanakan. Pasalnya, dari pihak keluarga almarhum menolak memberikan izin kepada pihak kepolisian untuk menggali kuburan Roni apalagi membedah jasadnya.

Dengan demikian, Tim Forensik yang dipimpin dr Triroso itu, hanya bisa melakukan otopsi terhadap Kardono (21) warga Desa Puntang RT 03 RW 01 Kecamatan Losarang, yang telah dilaksanakan Rabu (17/9) kemarin. Kardono, adalah salah satu korban yang juga meninggal diduga akibat keracunan miras. 

Sehingga, setelah sempat menginap semalam di rumah singgah Rumkit Bhayangkara Tingkat IV Bhayangkara Indramayu Losarang, dr Triroso beserta 3 anggota Tim Forensik yaitu dr Arif Wahyono SPF, asisten Mala, dan Alex dari Lab Forensik Mabes Polri, Kamis pagi (18/9) sekitar pukul 09.00 balik lagi ke Jakarta. 

Informasi yang dihimpun Radar, polisi sebenarnya ingin mengotopsi mayat korban, hanya saja ada keberatan dari pihak keluarga. Mereka meminta agar kuburan jenazah tidak diutak-atik.

Penolakan pembongkaran sekaligus otopsi terhadap jasad Roni, dilontarkan langsung oleh Kastam (65) ayah kandung almarhum. Bapak lima orang anak ini, tidak memberikan restu apabila mayat anak keduanya yang sudah dikubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blok Joar Desa Karangasem, dikeluarkan dari liang lahat.

Alasan yang disampaikan Kastam, lantaran kasihan terhadap mayat anaknya yang meninggal pada Sabtu malam (13/9) lalu. “Kasihan saja kalau mayat anaknya yang sudah tenang dialam kubur, lalu kemudian dibongkar,” ungkap Kuwu Desa Karangasem Mulyono, kepada Radar, yang ikut mendampingi Polisi datang ke rumah Kastam.

Menurut Mulyono, pihak keluarga korban sebenarnya tidak keberatan jika jasad Roni diotopsi apabila dilakukan sebelum jenazahnya dikubur. “Kalau sekarang tidak diberi ijin. Mayat sudah dimandikan, disembahyangkan, dan telah dikubur hampir seminggu lalu,” katanya. Atas penolakan itu, pihak Kepolisian tidak bisa memaksakan kehendak. Akhirnya, pelaksanaan otopsi batal dilakukan.

“Radar Indramayu – Kholil Ibrahim (kho)”

Tidak ada komentar: