Selasa, 16 September 2008

Miras Maut bag 2

Korban Keracunan Miras Tambah 2 Orang 

**Total 9 Meninggal Dunia, Dirawat Intensif 10 Orang 

INDRAMAYU – Hingga kemarin, Rabu (10/9), jumlah korban meninggal dunia akibat keracunan minuman keras (miras) di Indramayu bertambah dua, menjadi 9 orang. Dua korban terakhir, adalah Riyanto bin Ipan (21) warga Desa Jangga RT 12 RW 04 Kecamatan Losarang dan Desi Silvia (23) warga Desa Santing RT 01 RW 01 Kecamatan Losarang. Keduanya, juga diduga tewas dengan cara yang sama yakni setelah menenggak miras oplosan berkadar alkohol tinggi.

Riyanto, meregang ajal dikediamannya, Selasa (9/9) sekitar pukul 06.00 pagi. Menyusul korban berikutnya, yakni Desi, dinyatakan meninggal dunia di RSUD Indramayu sekitar pukul 22.00 malam. Korban dikhawatirkan terus bertambah. Sebab sampai kini setidaknya masih ada 10 orang yang tengah dirawat intensif di dua rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten Indramayu.

Dari data yang dihimpun koran ini, 6 orang masih dirawat intensif serta 3 orang menjalani rawat jalan di Rumkit (Rumkit) Bhayangkara Tingkat IV Indramayu, Losarang. Sedangkan di RS Permata Medical Center (PMC) Indramayu, masih terdapat satu orang pasien yang dirawat karena kondisnya masih kritis. Jumlah 10 orang tersebut, belum termasuk korban keracunan miras yang tidak dibawa ke RS alias tetap tinggal dirumah. Disinyalir pula, wilayah jangkauan korban menyebar sampai keluar Kecamatan Losarang. 

Hal itu diketahui dari penuturan Sutana (25) korban kritis asal Desa Sukamelang RT 03 RW 01 Kecamatan Kroya. Pasien di ruang ICU yang terakhir masuk ke RS Bhayangkara Losarang pada Rabu (10/9) sekitar pukul 11.15 siang tersebut, mengaku mabuk berdua dengan pamannya Rawin (50). “Mamang (paman-red) juga sama, sekarat. Tapi belum dibawa ke RS,” ungkapnya. 

Pernyataan serupa juga dikatakan Hidayat (21) pasien asal Desa Jangga RT 08 RW 03 Kecamatan Losarang, yang masih menjalani perawatan medis di ruang Kelas III. Diakuinya, masih ada empat orang kawannya yang ikut pesta miras pada Senin sore (8/9) lalu. “Mereka juga kena (sakit), tapi saya yang lebih parah,” ujarnya sembari enggan menyebutkan 4 nama rekannya itu. Baik Sutana maupun Hidayat, mengaku mabuk miras dari jenis yang sama yakni Vodka dicampur minuman suplemen kratingdaeng. Keduanya membantah, jika minuman yang ditenggak dicampur lotion anti nyamuk. Bahkan, mereka juga mengaku beberapa kali mengadakan pesta miras dengan jenis minuman yang sama. Namun, baru kali ini, dampaknya sangat parah.

Sama halnya yang dilontarkan Iis Riyadi (21) salah satu anggota gang Puntang yang selamat dari ganasnya pengaruh racun minuman maut itu. Dia mengatakan, minuman yang dibelinya dari Bambang (37) pedagang miras di Desanya, sebanyak 4 botol. Setiap botol dibeli dengan harga Rp15 ribu. “Gak pakai autan, cuma oplos dengan kratingdaeng,” ujarnya. 

Sehabis mabuk bareng semalam suntuk sampai pagi, Iis belum merasakan efek dari minuman itu. Dia juga sempat mandi, makan dan tiduran sampai siang dikediamannya. Hanya ketika menjelang sore, tiba-tiba tubuhnya terasa panas tinggi dan sesak nafas. “Tidak muntah-muntah, hanya badan sangat panas, dan kejang-kejang,” ucapnya. Beruntung, keluarganya cepat melarikan Iis ke RS dan langsung diberikan pertolongan. 

DIDUGA MIRAS BERACUN 

Sampai saat ini, Polisi belum memastikan penyebab kematian yang merenggut sembilan nyawa itu. Dugaan sementara, seluruh korban tewas diakibatkan mengkonsumsi minuman berkadar alkohol tinggi secara berlebihan yang dicampur bahan-bahan berbahaya lain. Barang bukti berupa minuman beralkohol jenis Vodka yang isinya masih utuh, berhasil disita dari salah seorang pedagang bernama Bambang, sudah dikirim ke Labforensik Mabes Polri. Hanya saja, untuk mengetahui hasilnya, perlu waktu. 

Akan tetapi, dari pengakuan sebagian korban kritis, menyatakan tidak mencampur bahan-bahan lain selain Vodka dengan minuman suplemen. Artinya, penyebab kematian, bisa jadi berasal dari miras itu sendiri yang diduga mengandung racun berbahaya. Bambang sendiri, mengaku membeli miras tersebut dari salah seorang pedagang di Pasar Terisi. Dia berbelanja secara bertahap. “Sehari paling banyak dua dus,” katanya, dimana, masing-masing dus berisi 12 botol Vodka ukuran besar. 

Selain dibeli oleh gang Puntang (Kardono Cs korban tewas-red) juga banyak konsumennya yang lain. Tapi kebanyakan, adalah warga Desa Puntang dan sekitarnya. Tak heran, korban keracunan miras terbanyak, berasal dari Desa tersebut. 

Informasi yang dihimpun Radar, pemasok besar miras jenis Vodka berpusat di wilayah Kecamatan Terisi. Wilayah penyebarannya disejumlah kecamatan seperti Losarang, Kroya, Gabus Wetan sampai Cikedung. Kuat dugaan, miras tersebut bukan buatan pabrik, melainkan racikan home industry. 

Menurut Karumkit Bhayangkara, Kompol dr Asep Hendradiana Sp.An.M.Kes, diduga racun yang menewaskan para pekerja itu termasuk racun yang bersifat keras. “Tapi kita belum mengetahui racun apa yang telah masuk ke dalam tubuh para korban. Tapi kemungkinan sifat racun ini membahayakan tubuh manusia,” katanya kepada Radar diruang kerjanya. 

Adanya dugaan keracunan ini, setelah tim medis melakukan Multiline Drug Tes Urines atau tes urine terhadap seluruh korban baik yang tewas maupun yang kritis. Dari hasil tes urine, tidak ditemukan zat-zat, atau bahan-bahan berbahaya sejenis psikotropika, maupun narkoba. Zat-zat lain, tidak teridentifikasi karena butuh alat penelitian yang lebih lengkap. Cukup kerasnya racun, kata Asep, seluruh korban merasakan dampak buruk seperti gangguang fungsi beberapa organ tubuh dan meregang maut dalam hitungan jam. “Melihat kondisi korban, mereka meninggal lewat dari delapan jam, tidak sampai 24 jam. Kalau beda, paling juga tidak lama,” katanya. 

Asep menuturkan, meski kerap menangani kasus korban keracunan, namun pihaknya tidak mau menduga-duga jenis racun yang mengakibatkan seluruh pasien akibat minuman keras. Karena menurutnya, jenis racun cukup banyak dan untuk mengetahui jenis racun yang menewaskan sebagaian korban harus dibuktikan melalui uji laboratorium. 

Sepengetahuannya, untuk beberapa jenis minuman beralkohol yang dapat diminum, harus memenuhi standar kesehatan dan berdasarkan uji klinis dari pihak berwenang. Menurut Asep, kandungan cairan didalam miras tersebut, akan diketahui setelah Labforensik memberitahukan hasilnya. 

KELUARGA KORBAN MENOLAK DI OTOPSI 

Sebenarnya, kata Asep, penyebab kematian seluruh korban keracunan miras dapat diketahui dengan cara pemeriksaan dalam dari tubuh korban secara menyeluruh atau otopsi. Karena pihak keluarga tidak setuju dilakukan otopsi, pihaknya tidak dapat memaksa. “Kita ingin semua korban diotopsi, agar dapat memberi kepastian medis. Namun sayang, keluarga mereka menolak,” kata Asep sembari membeberkan bukti pernyataan penolakan otopsi dari ahli waris korban.

Oleh karenanya, seluruh korban yang meninggal dunia di Rumkit Bhayangkara, langsung membawa pulang jenazahnya. “Kejadian ini dianggap sudah merupakan musibah. Pihak keluarga tidak mengizinkan untuk dilakukan otopsi. Jadi kamu sulit untuk memastikan penyebab kematian korban,” pungkasnya.

"Radar Indramayu - Kholil Ibrahim (kho)"

Tidak ada komentar: