Selasa, 23 September 2008

Mudik 2008

Pemudik Mulai Eksodus

*** Hindari Tuslah, Pilih Mudik Awal
 
SUKRA–Memasuki H-10 menjelang Hari Raya Idul Fitri, pemudik mulai tampak melintas di jalur pantura Indramayu. Meski jumlahnya belum terlalu padat, namun suasana arus mudik sudah sangat terasa. Pantauan Radar, Senin (22/9) di pintu masuk Kabupaten Indramayu tepatnya di jembatan Sewo, Kecamatan Sukra, kendaraan pribadi baik roda dua (R2) maupun roda empat (R4) yang memakai plat nomor luar kota sudah terlihat memasuki jalur pantura. Angkutan umum yang datang dari arah Jakarta juga mulai terlihat dipadati penumpang.
 
Selain pemudik yang menggunakan berbagai jenis angkum, baik bus antar kota antar provinsi (AKAP) atau kendaraan carteran, tampak juga rombongan mudik gratis yang difasilitasi perusahaan besar tempat bekerja pemudik. Di Sub Terminal Patrol, terlihat mulai ramai dengan kedatangan para pemudik yang kebanyakan dari Jakarta dan kota-kota di sekitarnya. Mereka rata-rata memilih mudik lebih awal, sebab takut macet di jalan. Alasan mempercepat kepulangan, juga untuk menghindari lonjakan penumpang serta kenaikan tarif angkutan (tuslah) saat mendekati Lebaran.

“Kalau dekat-dekat Lebaran belum tentu bisa pulang. Ongkosnya bisa naik berlipat-lipat,” ujar Andi (26), urban asal Desa/Kecamatan Anjatan yang baru pulang dari Jakarta. Dia mengaku, di Jakarta bekerja sebagai kuli bangunan. Lantaran pekerjaannya tidak mengikat, Andi bersama beberapa kawannya memilih balik ke kampung halamannya untuk bisa pulang berlebaran bersama keluarganya.
 
Diprediksikan pada lebaran tahun ini transportasi untuk mudik masih didominasi kendaraan R2. Kenaikan jumlah pemakai kendaraan R2 diperkirakan mencapai dua kali lipat dibandingkan Lebaran sebelumnya. “Sekarang saja sudah kelihatan pemudik yang pakai motor. Kalau menjelang Lebaran, jalur pantura bakal kebanjiran motor,” ujar Budi Rahman (30), anggota Pemuda Pancasila (PP) yang bersiaga di Pos Mudik Lebaran.
 
Sementara itu, momen arus mudik, ternyata juga dimanfaatkan oleh para pemilik warung remang-remang (warem) yang berada di lokalisasi sepanjang jalur pantura Indramayu.
 
Sejak berlakunya larangan untuk tidak melakukan kegiatan hiburan sepanjang bulan Ramadan, sebagian pemilik tempat hiburan langsung banting setir dengan membuka warung dadakan di tepi jalan sekitar lokalisasi. Mereka berharap, bisa meraup untung dari para pemudik yang mampir ke warungnya.
 
Meski demikian, aneka jualan tidak jauh berbeda dengan warung-warung biasa. Rata-rata minuman dan makanan ringan siap saji. “Masa jualan miras. Gak berani mas,” ungkap Yani (31) salah seorang pemilik warung di tepi jalan raya Legok, Desa Sukahaji, Kecamatan Patrol. Usaha untuk menyambung hidup juga dilakoni oleh para Germo yang ada di lokalisasi Kedondong Desa Patrol. Usaha dagang yang sekarang dilakoni hanya untuk sementara waktu sampai tempat hiburan mereka bisa beroperasi kembali. “Kalau dagangan gak laku, bisa dijual nanti kalau tempatnya dibuka lagi,” kata Daim (40) pedagang setempat.

"Radar Indramayu - Kholil Ibrahim (kho)"

1 komentar:

Antaresa Mayuda mengatakan...

lam kenal,,,
aku orang indramayu